Rabu, 16 Februari 2011

Kesehatan Leher




Nyerinya Saraf Terjepit

HealthNews Mon, 23 Jun 2008 09:53:00 WIB

Pernahkah Anda merasa sakit nyeri di pundak atau tangan, tetapi tidak menemukan pusat sakitnya? Bisa jadi Anda menderita radiculopati cervical atau dikenal sebagai saraf terjepit. Gangguan pada ujung saraf ini dapal menyebabkan sakit pada bagian tubuh lain, sepanjang saraf itu berada. Pusat sakit bisa saja berada jauh dari bagian tubuh yang terasa nyeri.

Kondisi ini misalnya berupa kerusakan pada susunan tulang atau bergesernya bantalan sendi (diskus) di daerah leher hingga menjepit saraf di sekitarnya. Akibatnya, timbul rasa nyeri, mati rasa, bahkan kelumpuhan di bagian pundak, lengan, atau telapak tangan karena saraf yang terdapat di leher saling berhubungan dan merupakan saraf penggerak di daerah tersebut. Kondisi ini dalam istilah medis disebut radiculopati cervical atau saraf terjepit.

Gangguan inilah yang dialami Aris. Pria usia 40-an tahun ini merasakan nyeri di pundak dan kebas pada telapak tangannya. Semula ia menganggap ini gejala nyeri biasa. Karena itu, ia hanya memilih untuk menempelkan koyo di pundaknya.

Sewaktu rasa nyeri tidak kunjung sembuh dan makin menjadi, barulah ia memeriksakan diri ke dokter. Dari hasil pemeriksaan medis diketahui jika ia menderita saraf terjepit di bagian leher. Oleh dokter ia diberi obat antiradang dan fisioterapi untuk mengurangi rasa sakit.

Bantalan sendi bergeser

Tulang leher kita terdiri dari banyak ruas tulang. Di antara ruas-ruas tersebut terdapat bantalan sendi (diskus). Selain diskus, di sepanjang tulang leher juga terdapat saraf-saraf yang menggerakkan dan memberi rangsangan pada bagian bahu, lengan, dan telapak tangan. Namun, ada kalanya diskus ini bergeser keluar dari ruas tulang dan menjepit saraf di bagian leher hingga menimbulkan nyeri.

"Bergesernya diskus ini biasanya disebabkan cedera ataupun pengapuran tulang akibat proses penuaan," ucap Dr. Nicolaas C. Budhiparama, FICS, dokter ahli ortopedi dari RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Ciri khas saraf terjepit adalah rasa nyeri pada leher dan bahu yang menyebar ke lengan hingga ke telapak tangan. Pada kasus yang berat, biasanya pasien mengalami kesemutan di tangan dan gerakan refleksnya berkurang.

Hal ini dapat digunakan untuk membantu pemeriksaan apakah seseorang menderita saraf terjepit atau tidak. Dengan mengamati lokasi gejalanya, ahli medis dapat mengetahui saraf leher bagian mana yang terjepit.

Dijelaskan oleh Dr. Nicolaas, jika yang mengalami gangguan adalah lengan bagian kiri, diskus akan menjepit akar saraf leher di bagian kiri. Demikian pula sebaliknya.

"Jika rasa sakit dirasakan di kedua lengan, kemungkinan diskus menjepit bagian tengah saraf leher," ujar dokter yang mengajar ilmu ortopedi di luar maupun dalam negeri ini.

Periksa secepatnya

Dalam menegakkan diagnosis, biasanya dokter akan mulai dengan bertanya seputar gejala yang dirasakan pasien dan seberapa besar efeknya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pasien diminta melakukan serangkaian gerakan ringan untuk mengetahui kekuatan otot, kemampuan refleks, dan kepekaan rasa pada kulit pasien. Semua ini bertujuan untuk memastikan dari mana asal gangguan saraf.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan sinar X. Hasil sinar X ini akan menunjukkan penyebab dari saraf terjepit tersebut.

Jika dibutuhkan informasi tambahan, dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan ini akan memberikan hasil lebih jelas mengenai diskus, saraf, den otot lain di sekitar leher.

Semua pemeriksaan ini sama sekali tidak sakit karena tak menggunakan injeksi ataupun sayatan. Untuk menentukan level (tingkatan) diskus yang terjepit atau berapa beratnya saraf yang terjepit, dapat di lakukan pemeriksaan electro myo graphy (EMG).

Disayangkan oleh Dr. Nicolaas, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menunda periksa ke dokter jika mengalami gangguan kesehatan. Akibatnya, penyakit yang sebenarnya ringan dan bisa disembuhkan dengan mudah menjadi berat dan susah diobati.

"Biasanya pasien datang jika kondisinya sudah parah atau mengalami gejala kelumpuhan lanjut hingga tidak dapat disembuhkan sepenuhnya lagi," ujarnya.

Untuk gangguan ini, kelumpuhan dapat dicegah jika pasien segera memeriksakan diri ke dokter ketika merasa gejala awal, sehingga mendapat penanganan yang seharusnya.

Tak harus operasi

Untuk menangani saraf terjepit, tidak harus dilakukan operasi. Tindakan operasi dilakukan jika terapi dengan obat-obatan sudah maksimal, tetapi pasien tidak mengalami kemajuan berarti. Akibatnya, nyeri saraf mengganggu kegiatan harian pasien dalam waktu yang sangat cepat.

Meski kebanyakan akan berkurang gejalanya tanpa proses operasi, sebagian kecil pasien membutuhkan tindakan pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit. Biasanya tindakan yang dilakukan adalah membuang bagian diskus yang menjepit saraf.

Bila diperlukan, dilakukan tindakan penyatuan dua tulang vertebrate den difiksasi. Sayangnya, tindakan operasi tidak selalu menjamin pasien akan sembuh total karena adanya jaringan parut yang timbul setelah operasi. Jaringan parut yang tumbuh ke dalam dan menekan saraf bisa menyebabkan sakit, yang biasanya timbul satu tahun setelah dioperasi.

Tindakan nonbedah berupa pemberian obat antiperadangan dan obat untuk merangsang kerja saraf pasien. Jika pasien mangalami otot tegang, akan diberikan pula obat untuk "menenangkan" otot.

Pasien perlu beristirahat di rumah dan menggunakan bantal penahan leher untuk mengurangi sakit dan peradangan. Biasanya bantalan leher digunakan dua minggu sampai satu bulan. Lebih lama dari itu justru dapat melemahkan otot leher.

Fisioterapi juga merupakan pilihan. Seperti penggunaan bantal penahan leher, fisioterapi bertujuan untuk mengurangi rasa sakit.

"Yang tidak boleh dilupakan, pasien harus rutin melakukan latihan sendiri. Hal ini penting karena dapat mencegah penyakit kambuh jika obat sudah habis," sebutnya.


Perlu bantal khusus

Penanganan nonbedah yang bisa dilakukan untuk kasus radiculopati servical atau saraf terjepit guna mengurangi rasa nyeri, peradangan, otot tegang, ataupun gangguan tidur, antara lain:

Menggunakan penahan tulang leher (cervical collar)
Tujuannya untuk membantu membatasi gerakan pada leher, sehingga bisa mengurangi rasa sakit. Selain itu, membantu agar struktur tulang leher sejajar. Penahan tulang leher ini biasanya terbuat dari gabus.

Karena alat ini membatasi gerakan leher, penggunanya kadang membutuhkan bantuan saat melakukan berbagai aktivitas, misalnya makan. Bagian kulit yang berada di dalam alat ini juga harus sering diperiksa, supaya tidak sampai mengalami gangguan, misalnya gatal.

Bantal khusus untuk leher (cervical pillow)
Bantal ini dirancang khusus, sesuai dengan struktur tulang leher manusia, untuk mengurangi rasa nyeri dan membantu pasien bisa tidur lebih nyenyak di malam hari. Bantal ini bisa dibeli di toko alat kesehatan ataupun terapis kesehatan.

Terapi fisik (fisioterapi)
Fisioterapi merupakan cara yang paling sering disarankan oleh ahli medis untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan pada pasien saraf terjepit. Terapi ini dapat meningkatkan kemampuan tubuh dan membantu mengurangi rasa sakit, sehingga pasien dapat lebih leluasa menjalankan aktivitas sehari-hari.

Latihan ditujukan terutama untuk meningkatkan kemampuan dan koordinasi leher, pundak, dan punggung. Masa terapi sekitar 2-3 kali seminggu selama enam minggu.

Keuntungan lain yang didapat dari fisioterapi adalah membantu pasien mempelajari postur dan gerakan tubuh yang benar, demi mengurangi rasa nyeri. Juga membantu pasien untuk mengenali kondisi fisik sendiri.

Jika pasien ingin melakukan terapi alternatif, sebaiknya menghindari terapi yang menarik otot atau urat di bagian leher. Terapi tusuk jarum merupakan salah satu alternatif yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri.

Renang dan pilates

Menurut Dr. Nicolaas, C. Budhiparama, FICS, dokter ahli ortopedi dari RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta, untuk merawat sendi, kita justru harus terus beraktivitas dan bergerak. Salah satunya, rutin berkegiatan fisik seperti olahraga.

Olahraga yang tepat bagi pasien radiculopati cervical atau saraf terjepit adalah berenang dan pilates. Kegiatan fisik ini dapat memperkuat otot punggung dan leher tanpa menimbulkan tekanan yang besar pada tubuh, sehingga meminimalkan risiko timbulnya nyeri.

Yang tidak boleh dilupakan dalam menjalani latihan fisik adalah sesi pemanasan sebelum olahraga dan pendinginan setelahnya. Keduanya berguna untuk meminimalkan cedera pada sendi.

"Banyak orang yang inginnya cepat saja, termasuk dalam berolahraga. Biasanya orang lupa melakukan pemanasan dan pendinginan, tetapi langsung masuk ke menu olahraga utama. Hal ini dapat menyebabkan cedera pada sendi," ungkap Dr. Nicolaas.

Konsumsi suplemen buat sendi juga disarankan untuk menambah kemampuan sendi, misalnya glukosamin dan kondroitin, yang bisa dijumpai dalam makanan laut (kerang-kerangan), juga vitamin C yang mudah ditemukan dalam berbagai jenis buah dan sayuran, serta bromealin, yang banyak terkandung dalam nanas.

Hindari gerakan menoleh

Biasanya, jika kita merasakan ada yang sakit, perhatian langsung tertuju pada bagian tubuh yang terasa sakit itu. Misalnya nyeri atau ngilu terasa di lengan, ya bagian tubuh itu yang kita beri balsam, diurut atau melakukan upaya lain supaya segera pulih.

Namun, jika terjadi cedera di dekat akar saraf, sensasi nyerinya bisa timbul di ujung persarafan tersebut, yang mungkin terletak jauh dari akar saraf. Contohnya, cedera tulang belakang atau diskus di leher dapat menimbulkan nyeri, kebas, lemah di lengan, bahu, pergelangan tangan, atau tangan. Kondisi seperti inilah yang disebut radikulopati servikal.

Gejala yang biasa dirasakan pasien radikulopati servikal di antaranya nyeri yang menyebar dari leher ke lengan atau tangan. Nyeri ini bisa bervariasi, dari nyeri ringan hingga sedang dan lokasi sakitnya sulit dikenali.

Bisa juga sakit yang tajam seperti terbakar dan lokasi sakitnya mudah ditunjuk. Selain itu otot juga bisa terasa lemah yang menjadi tanda bahwa tekanan pada saraf cukup berat.

Radikulopati servikal bisa disebabkan oleh:
• Proses penuaan
Seiring bertambahnya usia, terjadi pula perubahan pada tulang dan jaringan otot. Bantalan diskus akan mengering dan membesar hingga mempersempit jarak di antara ruas tulang hingga menekan saraf di sekitarnya.

• Tekanan berlebih pada diskus
Melakukan kegiatan berlebih ataupun mengangkat beban terlampau berat dapat menyebabkan tekanan yang berlebih pada diskus. Sebenarnya tekanan ini dapat diredam oleh tubuh, namun jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan seiring bertambahnya usia maka berkurang pula kemampuan tubuh untuk meredam tekanan. Hal ini dapat menyebabkan diskus keluar dari ruas tulang hingga dapat menjepit akar saraf.

Kalau radikulopati tergolong berat:
Bila radikulopati yang terjadi terbilang berat, umumnya pasien memerlukan tirah baring. Sementara untuk tahap akut, meski tidak diharuskan beristirahat total di tempat tidur, tetap harus, menghindari aktivitas yang menggunakan gerak leher, apalagi secara berlebihan. Perubahan cara melakukan aktivitas penting diperhatikan bila Anda menderita radikulopati servikal.

• Hindari menelepon dengan posisi leher menekuk. Anda bisa menggunakan headset untuk mengatasinya.
• Cari posisi tidur yang nyaman, terutama untuk leher.
• Bila menonton pertunjukkan atau pertandingan langsung maupun melalui layar lebar, pilih tempat duduk yang tepat sehingga Anda tidak harus menolehkan-nolehkan leher.
• Berat badan yang berlebih terutama tertimbunnya di perut dapat memperburuk nyeri punggung. Pengaturan makan dan olahraga penting dilakukan untuk menunjang perbaikan pada nyeri punggung.
• Fisioterapi sangat penting dijalani dengan benar, sesuai dengan petunjuk terapis. Terapis akan mengajarkan bagamana cara yang benar untuk berjalan, mengenakan pakaian, dan lainnya. Anda juga akan dilatih dalam menguatkan otot-otot perut dan punggung untuk membantu menunjang perbaikan pada tulang belakang. Kelenturan tulang belakang dan kaki termasuk dalam program terapi ini.
• Mungkin Anda dianjurkan menggunakan alat bantu berupa penopang (braces) untuk menyokong tulang belakang. Tapi perlu diingat bahwa penggunaan alat bantu secara berlebihan dapat melemahkan otot-otot dan bisa memperburuk kondisi.

Sumber: Senior